Kota Surabaya, Bhirawa
Tagline tangkas dan tuntas yang digaungkan Dinas Pemberdayaan Perempuan, Perlindungan Anak dan Kependudukan (DP3AK) Jatim tak sekadar slogan semata. Hal itu dibuktikan dari penanganan kasus yang ditangani selalu paripurna. Contohnya seperti penanganan kasus korban kekerasan oleh majikan yang mendera EA.
Sore itu, jam dinding yang menempel di tembok salah satu ruangan Balai Pelayanan dan Rehabilitasi Sosial Penyandang Masalah Kesejahteraan Sosial (Balai PRS PMKS) Sidoarjo, menunjukkan pukul 16.36 WIB. Perputaran tiap detiknya seolah menjadi saksi pertemuan sukacita ibu dan anak yang sudah berbulan-bulan tidak bertemu.
Sejak kasus kekerasan fisik dan psikis yang dialami EA, yang dilakukan oleh majikannya pada Mei 2021 mencuat ke publik, sejak itu pula perempuan 48 tahun itu hanya sekali bertemu dengan putrinya berinisial ASM. Tepatnya pada Juni 2021.
Setelah itu, EA mendapatkan pendampingan intensif dari DP3AK Jatim, dan ditempatkan di UPT Perlindungan dan Rehabilitasi Sosial Marsudi Putra (UPT PRSMP) Surabaya. Sedangkan putrinya ASM, dititipkan di Unit Pelaksana Teknis Pelayanan dan Perlindungan Sosial Asuhan Balita (UPT PPSAB) Sidoarjo. Kedua UPT itu milik Dinas Sosial (Dinsos) Jatim.
Setelah kasusnya selesai dipersidangan pada Desember 2021 lalu, pada awal Januari 2022 EA dipindahkan ke UPT PRS PMKS Sidoarjo. Di kantor yang beralamatkan di Jalan Pahlawan, Sidoarjo ini, EA akan dilatih kehidupan sosialnya. Di tempat ini pula, EA akan membiasakan diri lagi menguasai keterampilan memasak yang dimilikinya.
“Setelah kasusnya selesai, Bu EA ingin bekerja lagi. Sehingga kami tempatkan di UPT PRS PMKS Sidoarjo ini. Supaya beliau bisa berlatih memasak. Apalagi tangannya yang sempat cidera karena disiksa majikannya, perlu pelan-pelan dilatih,” ujar Kepala DP3AK Provinsi Jatim, Restu Novi Widiani, disela-sela acara.
Selain itu, lanjut Novi, EA juga perlu belajar bersosialiasi dengan teman-temannya. Apalagi di Balai PRS PMKS Sidoarjo banyak teman sejawatnya. Berbeda waktu perempuan kelahiran Surabaya ini ditempatkan di UPT PRSMP Surabaya, ia khusus mendapat pendampingan. Aktivitasnya hanya makan dan istirahat.
“Alhamdulillah, dulu waktu pertama masuk di UPT PRSMP Surabaya berat badannya hanya 35 kilogram. Sekarang sudah 60 kilogram. Bu EA juga terlihat sehat. Meski begitu, kami tetap memberikan pendampingan kepada beliau. Disini pekerja sosialnya juga lebih banyak,” ungkapnya.
Yang tidak kalah pentingnya juga, lanjut mantan Sekretaris Dinsos Jatim ini, EA akan lebih dekat dengan putrinya ASM yang berada di UPT PPSAB Sidoarjo. Pertemuan ibu dan anak itu bisa dilakukan jika keduanya memang dipertemukan.
“ASM selama di UPT PPSAB Sidoarjo mendapatkan fasilitas sekolah, bimbingan mental, ngaji dan mengembalikan fungsi sosialnya. Kebutuhan-kebutuhan dasar lainnya juga terpenuhi. Dia sekarang kelas 2 SD, dari yang seharusnya kelas 5 SD. Sebab dia sempat putus sekolah,” jelasnya.
Menurut dia, EA tidak akan selamanya tinggal di UPT PRS PMKS Sidoarjo. Setelah dirasa cukup memiliki ketrampilan dan bisa kembali beradaptasi dengan lingkungan sosialnya, EA akan dikembalikan ke rumahnya di Surabaya. Apalagi baik EA dan putrinya ASM memang memendam keinginan untuk kembali tinggal bersama suaminya dan putra pertamanya.
“Setelah dari sini, nanti juga akan kita pikirkan lagi kira-kira usaha apa yang cocok untuk Bu EA. Kalau mendengar keinginannya, Bu EA ingin buka usaha toko kelontong. Jadi nanti akan perhatikan semuanya. Termasuk apakah Bu EA sudah stabil fungsi sosialnya, bisa berinteraksi dengan teman-temannya. Kalau siap, akan kita kembalikan kedalam kesehariannya,” tandasnya.
Kepala UPT PPSAB Sidoarjo Evi Dwi Widianti menambahkan, keseharian putrinya EA yang berinisial ASM sangat baik dan rajin. Selama dalam pengawasan UPT PPSAB Sidoarjo, ia mendapatkan kebutuhan sekolahnya. Tidak hanya itu, ia juga mendapatkan bimbingan belajar dan mengaji.
“Saya melihat perkembangannya sangat bagus. Dulu sempat sangat kurus, karena terkontaminasi temannya yang notabene peragawati yang sangat menjaga badannya. Karena itu dia ikut-ikutan kalau makan hanya dua sendok. Setelah kita beri pengertian, akhirnya badannya ideal lagi dan suka makan,” jelas Evi.
Sementara itu, EA mengaku sangat berterima kasih kepada Pemprov Jatim dalam hal ini DP3AK dan Dinsos Jatim, yang telah memberikan perhatian pada dirinya dan putrinya. Selama mendapat perhatian itu, semua pelayanan dan petugas sangat ramah dan baik.
“Kalau disini (Balai PRS PMKS Sidoarjo, red) lebih enak karena ada teman-temannya. Ada aktivitas kerjanya juga. Tapi kalau di UPT PRSMP Surabaya hanya tidur, makan, tidur, makan begitu terus. Mau bantu-bantu tidak diperbolehkan,” ujar EA sembari tertawa.
Usai dari Balai PRS PMKS Sidoarjo, EA mengatakan, ingin pulang dan tinggal bersama suami di Surabaya. Selain itu ia juga ingin membuka toko kelontong, meski ia bisa memasak. Alasannya, kalau toko kelontong tidak laku tidak akan basi. Berbeda kalau masakan, kalau tidak laku akan basi.
“Saya sejak dulu memang sudah jualan di rumah. Kalau saya kerja, tokonya yang jaga anak saya. Waktu lulus sekolah saya juga sudah jualan. Jadi saya lebih suka membuka toko kelontong nanti kalau sudah pulang,” pungkasnya. [Zainal Ibad]
Sumber:
- Harian Bhirawa Online - harianbhirawa.co.id