Oleh Aghnis Fauziah, S.Psi., M.Psi., Psikolog
Saat memasuki masa remaja, tubuh anak perempuan mengalami perubahan yang cepat dan sering kali tidak terduga. Perubahan ini terjadi bersamaan dengan meningkatnya kesadaran sosial, di mana remaja mulai membandingkan dirinya dengan teman sebaya, figur publik, hingga standar kecantikan yang banyak ditampilkan di media sosial. Akibatnya, tidak sedikit remaja perempuan merasa tidak puas dengan tubuhnya, meskipun secara medis tubuh mereka sehat dan normal.
Cara seorang remaja memandang tubuhnya dikenal sebagai body image. Body image yang positif membantu remaja merasa percaya diri dan nyaman dengan dirinya. Sebaliknya, body image yang negatif dapat memengaruhi kesehatan mental, hubungan sosial, serta cara remaja menjalin relasi, termasuk dalam konteks pacaran.
Apa Itu Body Image Positif?
Body image positif berarti remaja:
- Menerima dan menghargai tubuhnya apa adanya
- Tidak memaksakan diri mengikuti standar kecantikan yang tidak realistis
- Menjaga tubuh demi kesehatan, bukan semata demi penampilan
Penelitian menunjukkan bahwa remaja dengan body image positif cenderung memiliki kesejahteraan psikologis yang lebih baik, tingkat kecemasan yang lebih rendah, serta hubungan sosial yang lebih sehat (Burnette et al., 2022; Voelker et al., 2015).
Dampak Body Image Negatif pada Remaja Perempuan
Body image negatif dapat memengaruhi berbagai aspek kehidupan remaja:
1. Dampak Emosional
Remaja dapat merasa minder, malu terhadap tubuhnya, mudah cemas, dan mengalami penurunan harga diri. Studi menunjukkan bahwa ketidakpuasan tubuh berkaitan erat dengan gejala depresi dan kecemasan pada remaja perempuan (Burnette et al., 2022).
2. Dampak Perilaku
Remaja dengan body image negatif lebih berisiko melakukan diet ekstrem, olahraga berlebihan, serta terlalu fokus pada penampilan fisik (Barbosa et al., 2023).
3. Dampak Kesehatan
Ketidakpuasan terhadap tubuh merupakan salah satu faktor risiko utama gangguan makan, seperti anoreksia, bulimia, maupun binge eating disorder (Voelker et al., 2015).
4. Dampak pada Hubungan dan Pergaulan
Beberapa penelitian menemukan bahwa remaja perempuan dengan body image negatif:
- Lebih sering mencari validasi melalui hubungan romantis
- Lebih bergantung secara emosional pada pasangan
- Lebih sulit menetapkan batasan yang sehat
Tiggemann dan Williams (2012) serta Rodgers et al. (2019) menunjukkan bahwa ketidakpuasan tubuh berkaitan dengan perilaku seksual berisiko dan kerentanan dalam relasi.
Dalam konteks digital, kondisi ini meningkatkan risiko KBGO (Kekerasan Berbasis Gender Online), seperti mengirim foto pribadi demi mendapatkan perhatian atau validasi emosional.
Body Image Negatif akibat Bullying
Selain media sosial, bullying atau perundungan merupakan faktor signifikan dalam pembentukan body image negatif. Bullying terkait tubuh meliputi ejekan tentang berat badan, warna kulit, jerawat, tinggi badan, hingga penghinaan di media sosial.
Penelitian menunjukkan bahwa remaja perempuan yang mengalami body‑related bullying memiliki risiko lebih tinggi mengalami:
- Body image negatif kronis
- Harga diri rendah
- Gejala depresi
- Gangguan makan
- Penarikan diri sosial
(Holland & Tiggemann, 2016; Voelker et al., 2015)
Remaja yang mengalami bullying cenderung menginternalisasi ejekan sebagai kebenaran tentang dirinya. Dalam jangka panjang, hal ini membuat mereka lebih rentan mencari penerimaan melalui relasi romantis yang tidak selalu sehat, termasuk relasi yang penuh tekanan dan manipulasi.
Peran Orang Tua dalam Mendampingi Remaja
Literatur psikologi perkembangan menegaskan bahwa dukungan orang tua merupakan faktor protektif utama dalam pembentukan body image positif (Rodgers et al., 2019).
Beberapa langkah penting yang dapat dilakukan orang tua antara lain:
- Memberi contoh sikap positif terhadap tubuh
Anak belajar dari cara orang tua berbicara tentang tubuhnya sendiri dan orang lain. - Fokus pada kemampuan dan usaha, bukan penampilan
Pujian yang berfokus pada proses membantu remaja membangun harga diri yang lebih stabil. - Meningkatkan literasi media
Membantu remaja memahami bahwa banyak konten visual di media sosial tidak realistis dan telah dimanipulasi (Holland & Tiggemann, 2016). - Menjadi tempat aman untuk bercerita
Validasi emosi anak, terutama saat mereka mengalami ejekan atau perundungan. - Menegaskan bahwa bullying bukan kesalahan anak
Sikap ini penting untuk mencegah internalisasi rasa bersalah dan malu. - Mendorong aktivitas yang bermakna
Aktivitas non‑penampilan membantu remaja menemukan sumber rasa berharga yang lebih sehat. - Mencari bantuan profesional bila diperlukan
Intervensi dini terbukti efektif mencegah dampak psikologis jangka panjang.
Penutup
Mendampingi remaja perempuan memiliki body image positif adalah bagian penting dari upaya melindungi kesehatan mental, harga diri, dan kualitas relasi mereka di masa depan. Body image yang sehat membantu remaja lebih tangguh menghadapi tekanan media sosial, bullying, serta dinamika hubungan romantis.
Remaja yang merasa dihargai dan aman di rumah tidak akan mencari validasi yang berisiko di luar.
Dalam proses ini, orang tua adalah figur utama dalam membangun fondasi rasa berharga yang kuat dan sehat.
Referensi:
- Barbosa, A., et al. (2023). Body image, physical activity, and mental health in adolescents. Journal of Adolescent Health.
- Burnette, C. B., et al. (2022). Body image and mental health outcomes in adolescents. Current Opinion in Psychology.
- Holland, G., & Tiggemann, M. (2016). A systematic review of the impact of social networking sites on body image. Body Image.
- Rodgers, R. F., et al. (2019). Media literacy and body image in adolescents. Journal of Youth and Adolescence.
- Tiggemann, M., & Williams, E. (2012). The role of body image shame in risky sexual behavior. Journal of Social and Clinical Psychology.
- Voelker, D. K., Reel, J. J., & Greenleaf, C. (2015). Weight status and body image perceptions in adolescents. Body Image.
- Archives of Sexual Behavior. (2008). Body image, self-esteem, and romantic relationship behavior in adolescents.