Oleh: Aghnis Fauziah, S.Psi., M.Psi., Psikolog
Kekerasan fisik seperti memukul hanyalah solusi sementara untuk masalah kedisiplinan atau perilaku yang sedang berlangsung. Memukul biasanya membuat seorang anak berpikir, "Apa yang harus saya lakukan agar saya tidak dipukul lagi?". Tetapi, orang tua jarang menjelaskan apa yang harus dilakukan oleh anak atau perilaku yang harus dihentikan oleh anak. Seringkali memukul anak hanya sebagai bentuk pelepasan frustrasi orang tua yang ditujukan kepada anak. Cara seperti ini mengajarkan seorang anak untuk melakukan sesuatu hanya karena rasa takut, bukan rasa tentang apa yang benar atau salah. Cara ini juga mengajarkan anak-anak bahwa kekerasan adalah cara yang dapat diterima untuk memecahkan masalah mereka. Anak-anak yang dipukul sering kali memiliki risiko lebih besar memiliki harga diri rendah, agresi, berbohong, menyontek, depresi, dan intimidasi. Memukul memberikan contoh bahwa tidak apa-apa untuk memukul ketika seseorang kesal atau marah.
Salah satu cara alternatif untuk membuat anak disiplin dan kooperatif adalah dengan memberikan pilihan pada anak. Studi telah menunjukkan bahwa menawarkan pilihan bermanfaat untuk meningkatkan perilaku dalam mengerjakan tugas dan mengurangi perilaku bermasalah, serta meningkatkan tingkat pembelajaran dan daya ingat.
Setiap manusia ingin dapat mengendalikan lingkungan mereka dan akan menolak kontrol yang berlebihan. Dengan menawarkan pilihan, anak akan merasa memegang kendali. Contoh menawarkan pilihan antara lain:
"Mau ganti baju atau gosok gigi dulu?"
"Kamu mau makan roti panggang atau sereal untuk sarapan?"
"Apakah kamu ingin memakai kemeja biru atau pink hari ini?"
"Kamu ingin mengerjakan pekerjaan rumah sebelum atau sesudah makan malam?"
"Apakah kamu ingin pergi tidur sekarang atau dalam lima menit? Lima menit? Oke, apakah kita memiliki kesepakatan bahwa dalam lima menit kamu akan pergi tidur, apa pun yang terjadi?"
Anak-anak memang tidak dapat membuat setiap keputusan untuk diri mereka sendiri, orangtua juga harus turut campur dan membuat pilihan-pilihan yang bertanggung jawab. Tetapi dengan memberi kesempatan pada anak untuk menentukan pilihan akan memberikan hasil positif dan mengurangi kemungkinan perebutan kekuasaan pada anak. Cara ini bermanfaat sejak balita bahkan sampai masa remaja. Pilihan membantu anak-anak belajar mengatur diri mereka sendiri.
Dengan memberikan pilihan, Anda juga mengasah kemampuan anak untuk membuat keputusan yang baik. Jika anak-anak tidak pernah diberi pilihan, mereka tidak akan belajar bagaimana mengidentifikasi yang baik dari yang buruk, atau imbalan atau konsekuensi terkait pilihan tertentu. Singkatnya, mereka kurang mendapatkan keterampilan pemecahan masalah dasar yang diperlukan untuk sukses sebagai orang dewasa.
Memberikan pilihan pada anak merupakan cara untuk mencapai win-win solution. Anda menawarkan pilihan yang sesuai dengan nilai atau prinsip Anda, jadi Anda merasa senang. Anak bisa memilih satu yang cocok dengannya, jadi dia juga senang. Anda menghindari perebutan kekuasaan, karena Anda tidak menyuruh anak melakukan sesuatu, tetapi anak yang memilih sendiri. Anak yang bertanggung jawab, dalam batas yang telah Anda tentukan. Tidak ada orang yang suka dipaksa melakukan sesuatu. Di sini, karena anak yang memilih/memutuskan, dia dengan suka rela ingin bekerja sama.
Berikut adalah prosedur untuk menggunakan pilihan sebagai cara yang efektif untuk mendisiplinkan anak:
- Berikan pilihan terbatas.
Buatlah pilihan yang kira-kira akan membuat anak nyaman, tetapi jangan sertakan pilihan yang tidak sesuai dengan prinsip atau nilai Anda dalam mengajari anak.
- Untuk anak kecil atau anak yang mudah kewalahan secara emosi, arahkan satu perilaku lalu berikan pilihan.
"Kita harus pergi sekarang. Apakah kamu ingin memakai sepatumu sendiri atau kamu ingin aku yang memakaikannya untukmu?"
- Seiring bertambahnya usia anak, pilihan bisa menjadi lebih rumit.
"Kamu dapat berhenti dari sepak bola jika kamu mau, tetapi olahraga atau aktivitas fisik apa yang menurutmu ingin kamu coba? Kamu harus memilih satu aktivitas fisik."
- Pilihan dapat digunakan untuk membantu anak belajar mengatur diri sendiri.
"Begitu PR-mu sudah selesai kamu kerjakan, aku akan membantumu membuat pakaian boneka. Itu pilihanmu, tapi aku tahu kamu ingin memulai membuat pakaian boneka secepat mungkin." Dia memiliki pilihan untuk menunda-nunda pekerjaan rumahnya, tetapi Anda membantunya memotivasi dirinya sendiri untuk menyelesaikannya sekarang.
- Pilihan dapat mengajarkan konsekuensi pada anak.
"Kamu tahu kalau ada pertunjukan piano sebentar lagi. Latihan tambahan akan membantumu merasa lebih percaya diri, tapi itu pilihanmu." Tapi ingatlah, jangan menawarkan pilihan yang tidak bisa Anda jalani. Jika Anda tidak ingin membiarkan anak melakukan banyak kesalahan saat pertunjukan, Anda mungkin perlu membantunya menyusun Latihan pianonya secara efektif.
- Ingatlah bahwa empati melipat gandakan efektivitas memberi pilihan.
Empati membantu anak merasa dipahami, jadi dia tidak terlalu marah, dan tidak terlalu menolak. Itu berarti dia lebih mungkin untuk benar-benar dapat membuat pilihan dan melanjutkan.
Dengan memberikan pilihan, maka Anda tidak perlu menghadapi perlawanan anak Anda dengan kekerasan, yang sebenarnya membuat anak semakin tidak kooperatif. Dengan cara memberikan pilihan, Anda menegaskan haknya untuk mengontrol apa yang akan dia lakukan, tetapi dalam batas yang Anda tetapkan. Hasilnya: Anak yang lebih bahagia dan kooperatif, serta mampu membuat pilihan yang baik.