
Oleh: Aghnis Fauziah, S.Psi., M.Psi
Anak yang tidak mau mengikuti aturan dan membangkang tentu membuat orang tua jengkel. Pembangkangan mungkin akan membuat kita berpikir bahwa kita tidak dapat mengendalikan anak kita tanpa kekerasan. Masalahnya, ketika kita mulai menggunakan kekerasan, maka kita akan menciptakan perlawanan dari anak kita, baik secara terbuka maupun dalam bentuk pasif-agresif.
Lalu apa yang dapat dilakukan orang tua terhadap anak yang membangkang?
Ayah Bunda, anak membangkang karena suatu alasan. Sering kali, anak membangkang karena ia merasa ditekan atau dikendalikan. Padahal, anak membutuhkan perasaan kuat dan mampu dalam hidup mereka.
Anak yang membangkang menolak orang tua sebagai pemimpin mereka, setidaknya untuk saat ini. Pembangkangan juga menunjukkan bahwa anak merasa tidak terkoneksi dengan orang tua. Hal itu menandakan bahwa hubungan tersebut perlu diperbaiki. Anak mungkin sedang kesal sehingga ia dalam mode fight atau flight, sehingga orang tua tampak seperti musuh baginya.
Hukuman yang diberikan oleh orang tua hanya akan memperburuk koneksi antara anak dan orang tua. Hukuman akan membuat anak merasa semakin ditekan secara tidak adil. Hukuman tidak membantu anak mengatasi perasaan kesalnya. Oleh karena itu, Ayah Bunda harus mengatasi pembangkangan anak bukan dengan cara menghukumnya, tetapi dengan koneksi.
Pendekatan yang dapat Ayah Bunda lakukan terhadap anak bergantung pada usia anak. Berikut ini adalah panduan pendekatan yang dapat dilakukan oleh orang tua berdasarkan usianya.
- Usia Balita (1-3 tahun)
Balita masih mencari tahu apakah mereka bisa menjadi diri sendiri dan mendapatkan apa yang mereka inginkan. Mungkin kita seringkali lupa bahwa anak balita juga manusia yang memiliki hak untuk berpendapat dan melindungi integritas dirinya. Itulah mengapa mereka seringkali bilang ”Tidak mau” dan ”Aku mau lakukan sendiri!”
Berikut ini yang dapat dilakukan saat balita membangkang:
- Biarkan anak tahu jika kita mendengarkannya: ”Kamu bilang ”Tidak mau mandi”, Bunda dengar..” (Terkadang, hal itu sudah cukup untuk membuat anak balita mau bekerja sama dengan gembira.)
- Peluk dia. (Sering kali, balita hanya perlu merasa terkoneksi kembali dengan orang tuanya)
- Putuskan untuk lebih fleksibel: ”Oke, kita bisa mencuci tangan dan wajahmu hari ini” atau ”Kamu sangat kotor, kita perlu mandi, ayo kita mandi sambil bermain gelembung sabun.”
- Tegaskan batasan dengan lembut jika Ayah Bunda merasa itu adalah hal yang penting: ”Kamu menangis karena kamu gak ingin mandi ya.. Ayah/Bunda di sini... Kamu bisa menangis selama yang kamu mau.. Setelah selesai menangis, ayo kita cari bonekamu, kita bisa mandi bersama bonekamu, kamu bisa mencuci rambutnya.”
- Usia Prasekolah (3-5 tahun)
Anak-anak prasekolah telah memahami aturan. Saat anak prasekolah membangkang, yang sebenarnya ingin mereka katakan adalah ”Ayah, Bunda, aku kesal, tapi aku tidak dapat mengungkapkannya.. Jadi aku akan berusaha menarik perhatian kalian dengan menentang kalian!” Berikut ini yang dapat dilakukan saat anak prasekolah membangkang:
- Ingatkan diri Ayah Bunda bahwa pembangkangan yang dilakukannya adalah upaya anak untuk terkoneksi kembali, bukan sesuatu yang membutuhkan disiplin.
- Membangun koneksi melalui permainan, jika Ayah Bunda bisa. Cobalah berpura-pura marah agar anak tertawa: ”Permisi...APA itu tadi? Apa saya mendengar kamu bilang TIDAK? Kamu TIDAK MAU melakukan apa yang saya katakan? Baik, lihat saja!” Setelah adu bantal atau pertandingan gulat, anak akan tertawa terbahak-bahak dan kembali terkoneksi dengan hormon oksitosin yang dilepaskan menghapuskan semua kekesalannya tadi. Anak akan siap melakukan apa yang Ayah Bunda minta.
- Jika Anak terlalu kesal untuk bermain, dengarkan anak. ”Kamu bilang tidak mau pergi latihan sepak bola? Pasti ada sesuatu yang membuatmu kesal dengan latihan sepak bola.. Memangnya jika kamu pergi latihan apa yang akan terjadi.”
- Jika kekesalannya tetap berlanjut, tetapkan batasan lembut dan terimalah jika anak menangis. Anak mungkin hanya perlu mengekspresikan semua perasaannya dengan menangis dengan kehadiran Ayah Bunda yang hangat, setelah itu anak akan merasa terkoneksi kembali dan dapat bekerja sama.
- Usia anak (6-9 tahun)
Anak usia 6-9 tahun merespon dengan membangkang saat mereka merasa orang tua tidak adil. Saat anak selalu mendebat perkataan Ayah Bunda, yang sebenarnya ingin mereka katakan adalah mereka tidak merasa didengar atau terkoneksi. Berikut ini yang dapat dilakukan saat anak usia sekolah dasar membangkang:
- Stop, letakkan pekerjaan, dan tarik nafas dalam. Ayah Bunda bisa saja kesal dengan pembangkangan anak. Namun, Ayah Bunda harus tenang terlebih dahulu sebelum mengatasinya.
- Ingatkan anak bahwa perilakunya tidak sopan dan di luar batas: "Kamu tahu kita tidak boleh berbicara seperti itu satu sama lain. Kamu pasti sangat kesal."
- Pertimbangkan bahwa ketika anak membangkang, terdapat masalah dalam hubungan. Ayah Bunda perlu mempertimbangkan penyebabnya. Apakah Ayah Bunda tidak adil? Apakah Ayah Bunda tidak mendengarkannya? Apakah Ayah Bunda kehilangan rasa hormat anak karena telah kehilangan kontrol emosi?
- Kembali terkoneksi dengan anak dengan cara mendengarkan dan merefleksikan: ”Kamu mengatakan TIDAK karena menurutmu ini tidak adil? Hmm.. Mungkin Ayah/Bunda melewatkan sesuatu di sini. Coba ceritakan lebih banyak.”
- Berempati: Ingatlah bahwa kemarahan tidak akan mulai memudar sampai anak merasa didengar. ”Oh, jadi kamu merasa..... Kamu berharap...... Pasti sangat sulit sehingga.....”
- Carilah solusi yang sama-sama menguntungkan. ”Jadi, kamu ingin..... dan saya ingin.... Bagimana kalau kita......?”
- Usia praremaja (10-13 tahun)
Usia praremaja mulai bereksperimen dengan pembangkangan karena mereka mulai mendapatkan pengaruh dari teman sebayanya dan ingin mengetahui di mana batas-batasnya. Berikut ini yang dapat dilakukan saat anak praremaja membangkang:
- Stop, letakkan pekerjaan, dan tarik nafas dalam. Ayah Bunda bisa saja kesal dengan pembangkangan anak. Namun, Ayah Bunda harus tenang terlebih dahulu sebelum mengatasinya.
- Tekankan harapan Ayah Bunda tentang standar rasa hormat dalam keluarga Anda: "Aduh! Kamu tahu kita tidak berbicara satu sama lain seperti itu."
- Berikan anak kesempatan untuk mengkoreksi diri sendiri saat Ayah Bunda membuka kembali komunikasi: ”Ayah/Bunda tahu kamu tidak bermaksud tidak sopan. Ayah/Bunda ingin mendengar apa yang ingin kamu katakan. Coba katakan lagi dengan lebih baik.”
- Pertimbangkan pendekatan Ayah Bunda. Tidak ada orang yang suka diberitahu apa yang harus dilakukan. Namun penelitian menunjukkan bahwa rata-rata orang tua memberikan banyak sekali perintah setiap hari, sebagian besar dengan nada yang negatif. Jika anak praremaja suka membangkang, pertimbangkanlah untuk membantu anak memiliki tanggung jawab yang lebih besar, daripada merasa diperintah.
- Usia Remaja (14-18 tahun)
Remaja bersikap menantang ketika mereka merasa tidak terkoneksi atau kehilangan hormat terhadap orang tua. Pembangkangan remaja paling baik ditangani dengan:
- Terjemahkan kata-kata remaja yang menantang. Remaja mungkin berkata pada orang tua tidak ingin bertemu dengan orang tuanya lagi. Di balik sikap kasarnya, yang sebenarnya ingin mereka katakan adalah, ”Aku merasa kesepian dan sendirian.. Aku berharap Ayah Bunda akan menemukan cara untuk membantuku, karena aku tidak tahu caranya.”
- Tetaplah menunjukkan kasih sayang. Katakan ”Aduh! Itu sangat tidak sopan.. Kamu pasti sangat kesal sampai berbicara seperti itu pada Ayah/Bunda.. Ayah/Bunda mencoba untuk selalu berbicara dengan sopan padamu.. Apa yang terjadi, sayang?” (Jika Ayah Bunda merasa bahwa teladan Anda dalam berbicara dengan sopan dan hormat masih kurang, akui saja, minta maaf, dan berjanji untuk lebih baik)
- Tetaplah menunjukkan kasih sayang saat anak mengungkapkan kekesalannya: ”Wow.. Ayah/Bunda mengerti... Maafkan Ayah/Bunda.. Saya tidak menyadarinya.. Terima kasih sudah memberitahuku.” Teruslah tarik nafas dalam dan tetap tenang. Anak perlu memberi tahu Ayah Bunda tentang semua perasaannya yang selama ini membuatnya merasa tidak terkoneksi dengan orang tuanya.
- Temukan cara untuk terkoneksi kembali dengan anak. Dengarkan. Refleksikan. Berusahalah untuk memahami. Katakan padanya betapa Anda mencintainya dan betapa berartinya anak bagi Ayah Bunda. Temukan titik temu. Selesaikan masalah agar kebutuhan Ayah Bunda berdua terpenuhi. Contohkan rasa hormat yang Ayah Bunda harapkan.
Berapapun Usia Anak, Hargai Haknya untuk Menolak Sesekali.
Saat anak sudah bekerja sama hampir sepanjang waktu, dan meminta dengan hormat mengenai dispensasi khusus hanya hari ini. Boleh saja Orang tua mengabulkannya. Semakin anak merasa orang tua akan mendengarkan ketika dia mengajukan permintaannya, semakin sedikit dia perlu melakukan pembangkangan untuk mengekspresikan keinginannya. Tentu saja, bukan berarti Anda tidak boleh menentang keinginan anak saat diperlukan. Namun, Anda tidak perlu bersikap keras tentang hal ini, karena hal tersebut hanya akan menimbulkan lebih banyak pembangkangan dari anak.
Anggap pembangkangan sebagai sebuah kesempatan, bukan keadaan darurat.
Sebagian besar dari kita menjadi kesal dan marah saat anak membangkang, sehigga kita secara otomatis memarahi, bahkan memukul anak. Pembangkangan dapat dianggap seperti lampu merah di dashbor mobil; sebuah sinyal bahwa ada hal yang perlu diperbaiki. Namun yang salah bukanlah anak, tetapi hubungan anda dengan anak anda. Anda perlu memperbaikinya dengan cara menjalin koneksi kembali, bukan menyerang anak.
Oleh karena itu, ketika anak bersikap menentang, ingatkan diri sendiri bahwa kita tidak perlu membuktikan diri bahwa orang tualah yang berkuasa. Tetapi tetapkan batasan yang jelas tentang standar rasa hormat di rumah, dan pada saat yang sama jalinlah hubungan kembali dengan anak. Bersyukurlah bahwa pembangkangan anak memberi Anda peringatan tentang seberapa jauh jarak antara orang tua dan anak. Kemudian, gunakan kesempatan ini untuk menjalin hubungan yang lebih dekat dengan anak.