Bagaimana Cara Komunikasi yang Baik?
Oleh: Aghnis Fauziah, S.Psi., M.Psi., Psikolog
Dalam kehidupan sehari-hari, kita tidak akan mungkin lepas dari komunikasi dengan orang lain. Pada saat melakukan komunikasi, maka akan terjadi proses penyampaian informasi, pesan, gagasan, dan emosi dari komunikator ke komunikan melalui media tertentu dan menghasilkan dampak/efek tertentu. Tanda komunikasi efektif adalah apabila komunikan memahami gagasan komunikator. Namun bila komunikator gagal mendorong komunikan untuk memahami pesan yang disampaikan, maka komunikasi tidak efektif. Komunikasi yang tidak efektif ini dapat memicu timbulnya konflik.
Dalam komunikasi interpersonal, misalnya dengan pasangan, dengan orangtua, anak, maupun dengan teman kita perlu berkomunikasi dengan baik untuk menghindari munculnya konflik dan membuat hubungan menjadi lebih hangat. Menurut Burns (2008) komunikasi yang baik terdiri dari 3 komponen, yaitu keterampilan mendengar (Empati), mengekspresikan diri secara efektif (Asertif), dan menunjukkan kepedulian disertai rasa hormat (Respect). Kita bisa menyingkatnya dengan EAR agar mudah mengingatnya. Sedangkan komunikasi yang buruk adalah kebalikannya. Anda tidak mau mendengarkan, tidak mengekspresikan perasaan dengan terbuka, dan tidak menunjukkan kepedulian serta rasa hormat.
Empati
Empati merupakan komponen pertama dari komunikasi yang baik. Empati artinya Anda mendengar dan berusaha melihat dunia dari sudut pandang orang lain. Anda menemukan beberapa hal yang benar dari perkataan orang lain, bahkan ketika ia memberikan kritik pada Anda secara tidak adil atau sudut pandangnya berbeda dari sudut pandang Anda. Anda jg memahami bagaimana ia berpikir dan apa yang mungkin ia rasakan sehingga membuatnya berkata seperti itu pada Anda. Sebagian besar orang tidak menguasai keterampilan ini dengan baik. Ketika mereka marah, mereka tidak dapat memahami bagaimana pikiran dan perasaan orang lain, atau berusaha mencari hal yang benar dari perkataan orang tersebut. Sebaliknya mereka membela diri dan berusaha mengatakan bahwa orang lain yang salah.
Asertif
Asertif merupakan komponen kedua dari komunikasi yang baik. Anda mengekspresikan perasaan Anda secara langsung dan terbuka dengan menggunakan kalimat "aku merasa...", misalnya, "aku merasa sedikit tidak nyaman saat ini" atau "aku merasa sedih". Penyampaian pesan ini dilakukan dengan bijaksana, sehingga orang lain tidak merasa dikecilkan, diserang, maupun direndahkan. Sebaliknya, pada komunikasi yang buruk, Anda berusaha menyembunyikan perasaan negatif atau menampakkannya secara agresif. Contohnya, Anda mengata-ngatai atau mencaci orang lain dengan mengatakan, "Dasar tolol! Kayak gitu aja gak becus!". Meskipun kalimat tersebut merupakan ungkapan kemarahan, akan tetapi tidak termasuk dalam kalimat "Aku merasa.." karena terdengar sebagai kalimat yang memicu permusuhan. Kalimat tadi, termasuk kalimat "kamu..", yang membuat Anda seperti memasang tembok tinggi dan menyerang orang lain. Jenis kalimat "kamu..." memicu lebih banyak konflik dan pertikaian.
Respect
Respect atau rasa hormat merupakan karakteristik ketiga dari komunikasi yang baik. Respect artinya Anda memperlakukan orang lain dengan sikap yang baik, peduli, dan menghormati, bahkan meskipun Anda merasa frustasi dan kesal. Sebaliknya, pada komunikasi yang buruk, Anda memperlakukan orang lain sebagai lawan, merasa rendah diri, atau merasa sedang bersaing. Orang lain dianggap sebagai musuh, sehingga Anda ingin mengalahkan atau mempermalukannya. Tiga karakteristik komunikasi yang baik tersebut dapat dipelajari dan dilatih agar kita lebih terampil untuk melakukan komunikasi yang baik dengan orang lain. Komunikasi yang baik akan membuat hubungan kita dengan orang lain menjadi lebih baik, lebih hangat, dan penyelesaian konflik menjadi lebih cepat tanpa munculnya konflik baru.
Sumber:
Burns, David D. 2008. Feeling Good Together: The Secret of Making Troubled Relationship Work. New York: Broodway Books